Musisi Ternama Indonesia Pensiun – Jagat hiburan Indonesia baru saja di guncang kabar mengejutkan: seorang musisi papan atas yang selama puluhan tahun di qris slot kenal lewat karya-karyanya yang meledak di pasaran, mendadak memutuskan pensiun dari industri musik. Tak hanya berhenti bernyanyi, ia memilih jalan hidup yang sama sekali tak terduga menjadi petani organik di Bali.
Nama musisi ini sebelumnya identik dengan panggung megah, sorotan lampu, dan ribuan fans yang histeris di setiap konsernya. Lagu-lagunya kerap menjadi soundtrack kehidupan generasi milenial hingga Gen Z. Namun tiba-tiba, tanpa peringatan, ia mengumumkan lewat akun Instagram pribadinya bahwa ia “lelah dengan semua kebisingan, dan ingin kembali ke akar kehidupan.”
Dari Grammy Lokal ke Musisi Ternama Indonesia Pensiun
Pensiun dari dunia musik bukanlah sesuatu yang asing. Tapi yang membuat publik tercengang adalah pilihan barunya: bertani. Bukan bertani biasa melainkan bertani organik. Di tengah hiruk-pikuk eksistensi artis yang rata-rata memilih bisnis fashion, kosmetik, atau konten digital, ia justru memilih mengurus lahan, menanam sayur tanpa pestisida, dan memerah susu sapi sendiri.
Musisi ini kini tinggal di sebuah desa kecil di Gianyar, Bali. Ia menyewa lahan seluas dua hektare yang sebelumnya terbengkalai, dan mengubahnya menjadi kebun organik yang produktif. Dari pagi hingga sore, ia berkotor-kotor dengan tanah, menanam bayam, selada, tomat, dan berbagai tanaman herbal lokal. Di malam hari, bukannya tampil di talk show atau panggung megah, ia lebih memilih duduk di bale bambu, menyesap teh jahe dari hasil kebun sendiri sambil memandangi langit Bali yang tak tercemar cahaya kota.
Baca Juga Berita Terbaik Lainnya Hanya Di luckyhealthspa.net
Kritik Industri Musik: Panggung Bukan Lagi Rumah
Lewat wawancara eksklusif dengan salah satu media lokal, sang musisi mengungkapkan ketidakpuasan yang telah lama di pendamnya. Industri musik, katanya, sudah terlalu di kuasai algoritma dan tren instan. Musik tidak lagi soal ekspresi jiwa, tapi angka views, likes, dan viralitas. “Aku merasa tidak punya tempat lagi di sana,” ujarnya lugas.
Menurutnya, bertani adalah bentuk perlawanan. Perlawanan terhadap ekspektasi, kapitalisme seni, dan tekanan untuk selalu relevan. Ia merasa bertani lebih jujur, lebih nyata, dan jauh lebih manusiawi. “Aku menemukan musik di gemerisik daun, di suara air irigasi. Bukan lagi di studio rekaman yang penuh deadline,” katanya penuh makna.
Gaya Hidup Baru: Minimalis, Mandiri, dan Merdeka
Tak hanya berhenti di pertanian, sang musisi juga kini mempraktikkan gaya hidup zero waste. Ia membuat kompos sendiri dari limbah dapurnya, menyaring air hujan untuk kebutuhan rumah tangga, dan menggunakan panel surya untuk energi listrik. Rumah yang ia tempati pun sangat sederhana di bangun dari bambu dan tanah liat, tanpa AC, tanpa TV, dan tentu saja tanpa WiFi.
Ia mengaku hidupnya kini jauh lebih tenang. Tidak ada tekanan dari label, tidak ada jadwal manggung, tidak ada keharusan tampil sempurna setiap saat. Bahkan, ia menghapus hampir semua unggahan lamanya di media sosial. Ia hanya menyisakan beberapa foto kebun dan hewan ternaknya, serta satu kutipan yang ia tulis sendiri: “Kadang, untuk menjadi utuh, kita harus meninggalkan hal-hal yang dulu membuat kita di kenal.”
Reaksi Publik: Dianggap Gila, Tapi Juga Menginspirasi
Langkah ekstrem ini menuai berbagai reaksi. Ada yang menyebutnya gila, tidak tahu bersyukur, dan tidak menghargai kesempatan emas yang dimiliki. Namun tak sedikit pula yang merasa terinspirasi. Banyak penggemarnya mulai mempertanyakan kembali arah hidup mereka sendiri. Bahkan, tagar #PetaniAdalahSeniman sempat menjadi tren di Twitter selama dua hari penuh.
Bali yang selama ini dikenal sebagai tempat pelarian para pelukis dan spiritualis, kini menjadi rumah baru bagi seorang legenda musik Indonesia. Ia bukan lagi “si rocker flamboyan” yang biasa tampil di festival besar. Kini, ia adalah petani yang bangga menunjukkan tangan kasarnya dan hasil panen dari tanah yang ia garap sendiri.
Masa Depan yang Misterius Tapi Autentik
Tidak ada yang tahu apakah sang musisi akan kembali ke dunia hiburan suatu hari nanti. Tapi satu hal pasti: ia telah membuka mata banyak orang bahwa kebahagiaan tidak selalu ada di atas panggung megah. Kadang, justru ada di ladang kecil yang sunyi di mana kita bisa menjadi diri sendiri, tanpa penonton, tanpa tepuk tangan, dan tanpa topeng.